“Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.”
Kemudian Yesus menjelaskan bagaimana orang yang banyak dosanya setelah diampuni akan mengasihi Bapa dan Tuhan lebih banyak dan lebih berdedikasi kepada Bapa dan Tuhan daripada orang yang merasa tidak melakukan banyak dosa, yang menerima sedikit pengampunan akan mengasihi Bapa dan Tuhan sedikit.
Konteks historisnya adalah pada waktu Yesus diurapi seorang wanita berdosa di rumah Simon orang Parisi. Perumpamaan ini mengajarkan kebenaran yang sederhana yaitu bahwa tingkat pengucapan syukur yang diungkapkan oleh seseorang yang hutangnya telah dihapuskan menunjukkan ukuran langsung dari jumlah hutang yang telah dihapuskan. Seorang pelepas uang yang menghapuskan hutang seorang kreditur dalam jumlah yang cukup besar akan menerima lebih banyak penghargaan dan ucapan terima kasih dari dia daripada dari seseorang yang dihapuskan hutangnya yang sedikit. Yesus menggunakan kebenaran ini di rumah Simon orang Parisi, yang jelas sekali merasa dipermalukan oleh seorang wanita yang mempunyai reputasi yang tidak baik. Tetapi Simon telah belajar satu hal.